Gangguan mental
merupakan kombinasi afektif, perilaku, dan komponen kognitif atau persepsi yang
berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang
menjalankan fungsi total manusia. Anda mungkin sudah tidak asing dengan depresi
dan gangguan bipolar. Kedua hal tersebut termasuk salah satu jenis gangguan
mental. Tetapi tahukah anda mengenai organic mental disorder atau dalam bahasa Indonesia
disebut dengan gangguan mental organik ? Gangguan mental organik merupakan
istilah yang merujuk pada berbagai kondisi yang disebabkan oleh penurunan
fungsi otak secara bertahap. Gangguan mental organik dapat disebabkan oleh
berbagai hal, mulai dari genetik, biologis, maupun kondisi lingkungan tertentu
yang mempengaruhi fungsi otak.
Kondisi gangguan
mental organik dapat bersifat sementara, akut, maupun kronis. Kondisi ini harus
segera ditangani karena dapat menimbulkan berbagai masalah yang dapat mengancam
jiwa.
Penyebab kondisi gangguan mental organik, terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :
1. Adanya trauma atau cedera di otak
- Pendarahan
didalam otak.
- Pendarahan
di ruang sekitar otak.
- Terbentuknya
gumpalan darah didalam tengkorak dan menyebabkan terjadinya tekanan pada otak.
- Sindrom amnesik organik, yaitu kerusakan pada otak untuk menyimpan memori baru.
2. Gangguan degeneratif otak
- Penyakit
demensia atau Alzheimer.
- Penyakit
Huntington dan penyakit Parkinson.
- Multiple
sclerosis.
3. Kondisi lainnya
- Rendahnya
tingkat oksigen dalam tubuh.
- Stroke
yang bisa meningkatkan risiko demensia.
- Gangguan
kepribadian dan perilaku seperti narsistik atau obsesif kompulsif.
Gangguan mental
organik dapat menimbulkan berbagai gejala yang bervariasi tergantung pada bagian
otak mana yang terserang.
Namun, umumnya orang yang menderita gangguan ini
memiliki gejala sebagai berikut ini, yaitu :
- Sulit
mengingat, mudah bingung, dan mengalami amnesia.
- Sulit
memahami percakapan, konsentrasi pada sesuatu, dan penilaian terhadap sesuatu
semakin memburuk.
- Mudah
cemas dan takut.
- Bermasalah
dalam menjaga keseimbangan ketika berdiri atau berjalan.
- Mengalami
gangguan penglihatan.
- Sulit
mengendalikan gerakan otot tubuh.
- Agresif atau menunjukkan kemarahan yang ekstrim.
Untuk melakukan
diagnosis terhadap kondisi gangguan mental organik, umumnya dokter akan meminta
anda untuk melakukan serangkaian tes seperti tes darah, elektroensefalogram,
dan pencitraan otak seperti CT-Scan. Setelah diagnosis ditegakkan, dokter akan
memberikan perawatan yang sesuai dengan tingkat keparahan cedera atau penyakit
yang mendasarinya. Pada beberapa kasus, pasien hanya pelu beristirahat dan
mengkonsumsi obat. Tetapi, ada pula pasien yang harus menjalani proses
rehabilitasi dan perawatan pendukung seperti terapi. Terapi yang biasanya
direkomendasikan untuk penderita gangguan mental organik biasanya meliputi
terapi perilaku, terapi fisik, dan terapi okupasi. Semua jenis terapi tersebut berfungsi
untuk membantu pasien dalam emngendalikan gejala, meningkatkan kemampuan
fisiknya, dan membantu pasien untuk kembali melakukan rutinitasnya dengan
normal.
Jangan lupa follow akun sosial media kami di: